KITA DAN MEREKA
Dia itu nggak tau apa emang nggak peka sih?- dari bucin yang gregetan sama doinya.
❣️❣️❣️
"Ka, udah jam setengah 8 nih. Pulang yuk!" bujuk Mosya.
Sejak tadi Mosya terus membujuk Chaska agar pulang. Gadis itu merasa tak enak pada Vanya dan teman Chaska yang lain. Seharusnya ia tak bersama lelaki itu, dan seharusnya lelaki itu bersama teman-temannya mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat daripada ini.
"Baru setengah jam kita jalan masa udah langsung pulang. Rileks aja sih! Nggak seneng, ya, gue ajak jalan?"
"Bukan gitu, Ka. Ta ... ta ... tapi ...." bibirnya begitu kelu untuk mengatakan alasan yang tepat.
"Tapi apa?" tanya Chaska.
"Ya gitu lah pokoknya."
Kemana Mosya yang cuek dan masa bodo? Kenapa sekarang dirinya bingung? Disatu sisi ia tidak enak pada Vanya dan yang lain. Disisi lain ia tidak enak pada Chaska karena cowok itu mengira dirinya tidak suka diajak pergi bersama, padahal kalau Chaska tau isi pikirannya ia amat sangat senang.
"Jam 8 kita pulang." ucap Chaska.
Dan ucapan Chaska membuat dirinya sedikit lega. Setidaknya ada kepastian dari cowok itu.
"Beneran, ya? Nggak bohongkan?"
Cowok itu menggelengkan kepalanya, "Enggak."
"Tapi syaratnya," tangan Chaska mengambil sendok di piringnya dan mengambil makanan gadis itu menggunakan sendok yang ia pegang lalu sendok itu melayang tepat didepan bibir gadis itu, "Aaaaa .... pesawatnya mau masuk dulu."
Bola mata Mosya bergerak melihat ke wajah Chaska dan sendok yang berada didepan bibirnya. Saat ini ia sedang menahan senyumnya agar tidak muncul dihadapan cowok itu. Tanpa Chaska tau, jemari lentik Mosya tidak bisa diam memelintir rok abu-abunya dibawah meja. Beginilah definisi cewek yang lagi baper. Jika kalian mengalami nya hati-hati saja.
Andai saja dirinya punya sayap, maka dirinya akan terbang detik ini juga. Rasanya ada sesuatu yang berdetak cepat didadanya.
"Ayo dong buka mulut! Pegel tangan pilotnya nih,"
Akhirnya gadis itu membuka mulutnya dan sendok masuk ke dalam mulutnya. Tetapi, tunggu sebentar karena sepertinya ada yang mengganjal.
What??
Mosya segera menunduk untuk melihat ke arah piringnya. Dan fokusnya terhadap sendoknya yang masih bersih tergeletak disamping piring makanannya.
Dari yang dia dengar dan baca, katanya itu kalau kita makan menggunakan sendok yang sama dengan cowok, itu tandanya kita ciuman secara nggak langsung.
Dan berarti,
"Sya, makan! Ehh, pipi lo kenapa merah?" tanya Chaska tiba-tiba.
"Serius?" jeritnya yang tertahan.
Chaska itu nggak tau apa pura-pura nggak tau sih? Semoga aja Chaska emang bego sama masalah kayak gini. Terus ini gimana? Cewek kenapa baperan banget sih? Di perhatiin dikit baper, apa-apa baper. Nanti pas di PHP-in cowoknya dihina-hina sampai puas padahal mah dulu pas jadi doi di puji-puji sampai keselek itu doinya.
"Perasaan tadi lo nggak pake blu ... blu apa namanya?"
"Blush on?"
"Ahh, iya itu."
Uhuk. Uhuk. Uhuk.
Mencium aroma nasi goreng yang sedang dimasak membuat indra penciuman nya terganggu. Refleks tangannya mencari air minum miliknya.
"Kalau batuk jangan minum es," ucao Chaska menasehati sambil menyodorkan gelasnya yang berisi air putih, "Minum air putih gue aja. Kan udah gue bilang pesen air putih juga, ngeyel sih dibilangin."
Bukannya segera minum, Mosya malah menatap Chaska tanpa mengedip.
"Minum! Lihatin apa lagi?"
Tanpa ba-bi-bu gadis itu minum dan batuknya mereda. Berada ditempat nasi goreng dapat membuatmu terserang penyakit flu secara tiba-tiba.
Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Tadi sendok, sekarang gelas, habis ini apalagi? Langsung bibir gitu?
"Sya, pipi lo kok tambah merah sih?"
❣️❣️❣️
Dilain tempat yaitu di rumah Zidan telah berkumpul beberapa orang disana. Ada Vanya, Hendrik, Gilang, dan Zidan. Mereka berempat sedang mengedit short movie yang merupakan salah satu project kelas X Multimedia 3.
Laki-laki bertubuh gemuk dan tinggi dengan kulit berwarna gelap itu Hendrik namanya. Dia ini merupakan sutradara project film pendeknya.
Kalau Gilang, ia punya postur tubuh kurus dan tidak terlalu tinggi dengan kulitnya berwarna gelap. Perannya disini merupakan editor atau bagian mengedit video-video yang akan dirangkai menjadi film pendek.
Sedangkan Zidan, merupakan pemeran utama di film pendek ini. Ia mempunyai postur tubuh kurus, tinggi dengan kulitnya berwarna hitam manis.
Dan Vanya sendiri, ia merupakan penulis naskahnya. Postur tubuh Vanya pendek dan agak gemuk serta warna kulitnya kuning langsat dan jangan lupakan tentang rambutnya yang pirang seperti bule.
"Chaska mana sih kok belum dateng-dateng?" tanya Vanya entah pada siapa dengan nada sedikit kesal.
Mendengar hal itu Zidan menoleh ke arah Vanya, "Bukannya dia udah bilang sama lo kalau dia lagi ngedate sama Mosya?" cowok itu malah balik bertanya.
"Dia cuma bilang mau pergi," datar Vanya.
"Sama aja. Lagian kenapa sih? Segitu amat keselnya, biasanya kan Chaska suka ngaret."
"Ihh .... bukan gitu. Ini udah mau jam 8, entar kemaleman takutnya."
Zidan menghela nafasnya dan memperhatikan layar monitor didepannya, "Biarin aja sih, Nya. Mak nya aja nggak nyariin, kenapa jadi lo yang ribet? Lagi jatuh cinta kali tuh anak makanya betah sama Mosya. Baru juga jam 8 kurang, ntar katanya kan dia mau nginep disini."
Tak bisa menjawab perkataan Zidan Vanya hanya bisa berdecak kesal.
Sepuluh menit kemudian cewek itu mengetikkan sesuatu di handphone nya.
Mosya
P
P
P
P
Sya
Kenapa?
Lo msh lama?
Mksdnya kalian perginya msh lama?
Enggak kok
Jam 8 kita pulang
Sabar ya,
Dari tadi gue udah minta pulang tapi emang dasarnya Chaska batu jadinya ya gitu
Ohh, ywdh
Cptn ya dicariin sama Zidan & yg lain
Iya, iya, sori Nya
Hm
Read
Setelah itu Vanya mematikan handphonenya dan melamun. Ia bingung sebenarnya ada apa dengan dirinya? Adakah yang bisa membantu menjawab pertanyaan nya itu?
"Kenapa lo?" tanya Hendrik tiba-tiba.
Kepala Vanya memutar menghadap cowok itu, "Nggak papa," sambil menggelengkan kepala.
"Rik, misalnya lo lagi jatuh cinta nih sama cewek. Apa yang bakal lo pilih, jalan sama cewek itu apa ngelakuin hal yang lebih penting dari itu?"
Hendrik tidak langsung menjawab. Terdiam sebentar memikirkan jawaban.
"Kalau menurut gue, tergantung juga sih hal pentingnya itu apa dulu. Hal penting menurut orang lain belum tentu penting menurut gue. Kalau urusan yang lo bilang penting itu bisa dilakuin lain hari, gue bakal milih jalan sama cewek yang gue suka. Karena gue nggak tau kapan dapet kesempatan kayak gitu. Ngerti nggak lo?"
"Enggak."
"Dih, ngeselin! Gue udah ngomong panjang lebar juga."
"Yaudah anggap aja tadi lo lagi dongeng dan gue ketiduran jadi nggak ngerti apa yang lo ceritain."
Hendrik mendengus kesal dan Vanya menahan tawa melihat wajah Hendrik yang kesal.
"Bapak sutradara, gantian dong! Mata abang Gilang tinggal dua watt nih. Jadi nggak kuat ngeliat yang terang-terang." ujar Gilang dengan nada menjijikan.
Mendengar hal itu Hendrik mendelik jijik. Kenapa hari ini harus ada dua orang yang membuatnya sebal. Tadi dia sudah mengatakan agar Gilang istirahat saja, gantian dirinya yang mengedit. Tetapi memang dasarnya Gilang itu sok jual mahal dan begayaan.
"Tadi kan udah--"
"Abang Jidaannn! Gue numpang tidur di kasur lo yaaa?" teriak Gilang memotong ucapan Hendrik. Setelah itu melompat ke kasur dan tidur.
"Kampret," umpatnya.
Menyaksikan hal itu Vanya tertawa receh melihat keabsuran teman-teman nya itu. Setidaknya biarkan kali ini ia tertawa sebentar.
❣️❣️❣️
Terima kasih untuk yang sudah membaca. LOVE YOU!!!!
Ig : sals.bllah
Twitter : mechin14_
Jakarta, 24 Februari 2019.